Bukan Kisah Kasih, tapi Kisah Ospek

Aku ingin berbagi cerita mengenai ospek kemarin. Semoga bermanfaat, selamat membaca.

Tahun ini aku kelas 12, melaksanakan UN, US, dan serangkaian ujian lain yang memang harus dikerjakan. Dan otomatis tahun ini juga aku akan mengikuti ospek di kampus baru, alhamdulillah aku diterima di salah satu politeknik. Proses menuju ospek pun lumayan lama, karena ospek baru diselenggarakan sekitar 2 sampai 3 bulan setelah pengumuman penerimaan mahasiswa baru jika tidak salah. Pemikiran sebelum ospek, "pengen cepet cepet ospek, kayanya rame". Begitu semangat. Akhirnya ospek dimulai. Pemikiran setelah ospek, "ospeknya kapan beres?". Sampai saat aku menulis tulisan ini, aku tidak tahu arti ospek itu apa. Dan baru mengetahui beberapa detik yang lalu setelah sercing, "Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus" ternyata. Aku bersyukur ospek tahun ini berbeda dengan 2 tahun yang lalu. Ospek tahun ini tidak mengandung unsur kekerasan atau bullying, benar benar hanya diisi materi mengenai kampus. Tapi, tugas masih tetap ada tentunya. Seminggu sebelum ospek dimulai, aku diberitahu untuk membuat dua buah essay mengenai mahasiswa dan mengenai tuberculosis. Aku tidak pandai dalam menulis essay, ini sulit sekali. Dalam waktu beberapa hari aku hanya dapat mengerjakan beberapa paragaf saja. Payah memang.

 Ada beberapa tugas lain dari jurusan yang harus juga dikerjakan, fokus-ku jadi terbagi. Aku lalu disuruh untuk membuat kursi goyang, nametag, dan video pengenalan diri. Dan tak ada satupun tugas yang berjalan dengan lancar.

Berawal dari essay, sulit sekali untuk menyelesaikannya.
Kursi goyang, seharusnya aku laminating namun tak ada satupun fotokopian di daerahku yang bisa me laminating kursi goyang tersebut karena ukurannya yang terlalu besar. H-1 ospek, dan sudah malam. Akhirnya aku menggunakan dua map plastik berukuran a4 untuk membungkus kursi goyang tersebut, tak usah ditanya bentuknya seperti apa.
Nametag, aku sedikit kesal karena harus ditempeli foto 3x4 berlatar warna merah, sedangkan aku sudah mencetak foto berbagai ukuran berlatar biru. Aku mencetak ulang, ternyata foto yang aku cetak salah, harusnya berukuran 3x4 namun ternyata 2x3. Entah ini kesalahan aku dalam menyebutkan ukuran, atau si mas foto yang salah dengar. Bingung, ditambah perlengkapan lain yang belum aku selesaikan. Akhirnya aku menggunting foto 3x4 berlatar biru lalu menempelkannya di kertas lipat berwarna merah. Bagus?tentu saja tidak, aneh, tapi yasudah lah. Hingga ospek selesai pun aku tak menganti foto di nametag itu.
Video pengenalan diri alhamdulillah berjalan dengan lancar, namun saat di kolektifkan dalam bentuk cd dengan mahasiswa yang lain ternyata cd nya kosong. Oke.
Politeknik-ku bergerak di bidang kesehatan, maka dari itu setiap dari kita disuruh untuk membawa tisu basah dan kering, serta hand sanitizer. Mungkin untuk pembiasaan ke depannya. Kaka tingkat selalu mengingatkan kita untuk istirahat yang cukup dan jangan tidur terlalu malam, tapi tetap saja tugas ada hehe. Terimakasih untuk kaka tingkat-ku, karena tanpa mereka acara tidak akan berjalan.
Ospek kedepannya berjalan dengan lancar dan semakin dipenuhi tugas yang mendadak. Sampai suatu hari aku pulang pukul 11 malam karena harus kerja kelompok terlebih dahulu di daerah Cimahi.

Terlepas dari itu semua banyak hikmah yang dapat diambil. Sebagai mahasiswa kita tidak bisa bersantai lagi seperti anak SMA. Mungkin pada saat SMA kita dapat menolak jika diberitahu ulangan atau tugas mendadak, namun berbeda dengan perkuliahan. Kita harus selalu siap diberi tugas dadakan dan harus terbiasa dibebani tugas tugas. Mungkin itu makna dari tugas dadakan yang diberikan pada saat ospek. Sebagai mahasiswa pun kita harus mengkritisi berbagai kejadian di sekitar kita, harus berpikir dan mengambil tindakan secara tepat, tidak masalah harus menggunting dan permak foto selama itu tidak dilarang.
Mari sangkutkan, Allah memberi kita berbagai cobaan bukan untuk menyusahkan makhluknya apalagi menghukum makhluknya. Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Cobaan diberikan untuk mengukur seberapa kuat iman, kesabaran, dan cara apa yang kita lakukan untuk menyelesaikan cobaan tersebut. Allah ingin kita terbiasa dengan kesulitan yang ada dan tidak ingin kita berleha leha. Selalu berpikir positiflah dengan apa yang terjadi. Allah Maha Tahu, dan kita sebaliknya. Allah yang tau mana yang terbaik untuk hambanya. Cobaan diberikan agar kita kritis, dapat menyelesaikan suatu masalah, dan agar menaikan keimanan kita. Mungkin Allah ingin kita dekat dengan-Nya, Dia ingin kita menangis dan berkeluh kesah kepada-Nya.

Cobalah untuk melihat suatu hal dari sisi yang lain, karena itu akan lebih baik.

Kritik dan saran selalu aku tunggu, terimakasih!

Komentar

Postingan Populer